Salah satu faktor kelancaran pembangunan
di suatu daerah adalah stabilitas politik dan keamanan. Di Surabaya,
upaya menjaga keamanan kota dilakukan dengan menempatkan polisi pada 22
pos Polisi Sektoral (Polsek) yang setiap hari melakukan patroli dengan
kendaraan roda empat dan roda dua. Untuk ketertiban berlalu lintas
ditempatkan 74 pos Polisi Lalu Lintas pada setiap traffic light di jalan-jalan utama atau jalan berkepadatan kendaraan yang tinggi.
Untuk menjaga dan memelihara keamanan di
pusat-pusat perbelanjaan, industri, sekolah, bank, pemukiman penduduk
dan sarana vital lainnya, terdapat satpam yang dilatih langsung oleh
polisi. Bentuk partisipasi lain masyarakat dalam menjaga keamanan kota
dilakukan dengan Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan) yang dilakukan
secara partisipatif oleh warga atas lingkungan sekeliling tempat
tinggalnya.
Keamanan kota Surabaya juga didukung
oleh Pemadam Kebakaran (PMK). Dengan 391 personil, 256 kendaraan mobil
PMK serta 23 sumur untuk air pemadaman api, PMK selalu siap melayani
selama 24 jam.
Pada 2 Juni 2010 lalu, Surabaya baru
saja menggelar Pemilihan Kepala daerah. Hasil pemilihan umum ini
menegaskan kepercayaan warga Surabaya pada kepimpinan Walikota Tri
Rismaharini yang memenangkan 367.472 (40,9%) suara dari total 899.219
suara sah yang ada. Tri Rismaharini dan Bambang DH dilantik sebagai
Walikota dan Wakil Walikota Periode 2010 – 1014 pada 28 September 2010.
Selama tahun 2010 di Surabaya tercatat
ada beberapa kali demo. Misalnya pada 1 Mei 2010, untuk memperingati
hari buruh internasional (may day), sebanyak 10.000 buruh
memadati jalan kota Surabaya, mulai dari Gedung Negara Grahadi, Kantor
Gubernur Jawa Timur dan Gedung DPRD Jatim. Para buruh tersebut bukan
hanya berasal dari Surabaya saja tetapi juga Sidoarjo, Gresik, Mojokerto
dan Pasuruan. Di akhir tahun 2010 tepatnya pada 22 Desember, juga
terjadi demo dengan jumlah massa ± 10.000 ribu orang. Mereka berasal
dari seluruh perusahaan yang berada di Surabaya. Demonstrasi yang
terpusat di Kantor Gubernur Jawa Timur tersebut dilakukan terkait
kebijakan Gubernur Jatim yang menetapkan UMK Kota Surabaya lebih rendah
dari kab. Gresik.
Meskipun terjadi beberapa kali
demonstrasi, hal tersebut tidak sampai mengganggu stabilitas politik dan
keamanan di Surabaya, sehingga para investor tidak perlu takut untuk
tetap menanamkan modalnya di kota ini.
Salah satu faktor kelancaran pembangunan
di suatu daerah adalah stabilitas politik dan keamanan. Di Surabaya,
upaya menjaga keamanan kota dilakukan dengan menempatkan polisi pada 22
pos Polisi Sektoral (Polsek) yang setiap hari melakukan patroli dengan
kendaraan roda empat dan roda dua. Untuk ketertiban berlalu lintas
ditempatkan 74 pos Polisi Lalu Lintas pada setiap traffic light di jalan-jalan utama atau jalan berkepadatan kendaraan yang tinggi.
Untuk menjaga dan memelihara keamanan di
pusat-pusat perbelanjaan, industri, sekolah, bank, pemukiman penduduk
dan sarana vital lainnya, terdapat satpam yang dilatih langsung oleh
polisi. Bentuk partisipasi lain masyarakat dalam menjaga keamanan kota
dilakukan dengan Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan) yang dilakukan
secara partisipatif oleh warga atas lingkungan sekeliling tempat
tinggalnya.
Keamanan kota Surabaya juga didukung
oleh Pemadam Kebakaran (PMK). Dengan 391 personil, 256 kendaraan mobil
PMK serta 23 sumur untuk air pemadaman api, PMK selalu siap melayani
selama 24 jam.
Pada 2 Juni 2010 lalu, Surabaya baru
saja menggelar Pemilihan Kepala daerah. Hasil pemilihan umum ini
menegaskan kepercayaan warga Surabaya pada kepimpinan Walikota Tri
Rismaharini yang memenangkan 367.472 (40,9%) suara dari total 899.219
suara sah yang ada. Tri Rismaharini dan Bambang DH dilantik sebagai
Walikota dan Wakil Walikota Periode 2010 – 1014 pada 28 September 2010.
Selama tahun 2010 di Surabaya tercatat
ada beberapa kali demo. Misalnya pada 1 Mei 2010, untuk memperingati
hari buruh internasional (may day), sebanyak 10.000 buruh
memadati jalan kota Surabaya, mulai dari Gedung Negara Grahadi, Kantor
Gubernur Jawa Timur dan Gedung DPRD Jatim. Para buruh tersebut bukan
hanya berasal dari Surabaya saja tetapi juga Sidoarjo, Gresik, Mojokerto
dan Pasuruan. Di akhir tahun 2010 tepatnya pada 22 Desember, juga
terjadi demo dengan jumlah massa ± 10.000 ribu orang. Mereka berasal
dari seluruh perusahaan yang berada di Surabaya. Demonstrasi yang
terpusat di Kantor Gubernur Jawa Timur tersebut dilakukan terkait
kebijakan Gubernur Jatim yang menetapkan UMK Kota Surabaya lebih rendah
dari kab. Gresik.
Meskipun terjadi beberapa kali
demonstrasi, hal tersebut tidak sampai mengganggu stabilitas politik dan
keamanan di Surabaya, sehingga para investor tidak perlu takut untuk
tetap menanamkan modalnya di kota ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar